Rabu, 22 April 2020

Menghalau Bosan Bersama NETFLIX

Halo halo, para sahabat! Senang sekali rasanya saya kembali diberi kesempatan untuk menyapa anda lewat konten blog yang tidak seberapa bermanfaat ini. Postingan kali ini dipersembahkan oleh-tak lain dan tak bukan-kegabutan paripurna yang melanda akibat kegiatan-kegiatan from home. Sahabat sekalian tentu merasakan dan memahami perasaan ingin menjalani kehidupan seperti yang biasa anda jalani sekitar dua bulan yang lalu. Saya pun demikian wahai sahabat. Sebagai mahasiswa dan pekerja lepas paruh waktu (sudah lepas, paruh waktu pula, sungguh sangat jauh dari kepastian hidup), saya merindukan bangun kesiangan, terlambat masuk kelas, volume tugas normal, dan tentu saja momen invoice cair. 


Hampir dua bulan #dirumahaja rasa jenuh sudah mulai muntub-muntub alias aku sudah tidak sanggup lagi rasanya ingin mengeluh sampai akhir hayat. Beban tugas kuliah jadi dua kali lipat, kuliah online yang materinya selalu membuat bergumam dalam hati "hmm, yeoreobun, ini maksudnya bagaimana?", dan ruang gerak terbatas adalah triple kill. Lalu, muncullah bisikan hati aduh aduh apalagi yang sebaiknya aku lakukan untuk mengatasi kejenuhan yang membosankan ini? Untung saja diri ini memiliki skill manajemen priorotas dan manajemen waktu yang sangat mumpuni sikap bodo amatan yang sangat tinggi. 


Maka, di tengah-tengah kesibukan membuka laman google classroom dan web e-learning kampus, kusempatkan membuka satu tab untuk menonton series-series dari penyedia layanan streaming kenamaan alias netflix (tidak pakai chill karena astaghfirullah tidak ada partnernya). Berikut beberapa netflix series yang baru kutonton dan sebagian kutonton ulang soalnya sebagus itu!  

So, here we go ~

Reply 1988 

Sebuah series yang sangat kocak tentang kehidupan pertetanggaan di sebuah daerah di kota Seoul bernama Ssangmun-dong circa 80-90 dinarasikan oleh Sung Duk-seon dewasa dan suaminya. Salah satu yang membuat tidak bisa berhenti nonton adalah identitas suami yang dibuat blur sepanjang series sehingga pemirsa menebak-nebak "Hei, siapa gerangan pria yang menjadi pendamping hidup Duk-seon ini? Apakah si ini ataukah si itu? Hmm, diriku yang penasaran ini tidak akan berhenti menonton sampai menemukan jawabannya." Kurang lebih begitu. 

Aku suka series ini karena ceritanya sederhana dan dekat dengan kehidupan sehari-hariku sebagai manusia normal nan jelata. Alih-alih aneka rupa makhluk mistis dan orang-orang terlalu kaya dengan segala macam problematika hidupnya, series ini dengan apik memotret kehidupan anak-anak yang suka ngumpul bareng nonton tivi di rumah tetangga terus dipanggil mamahnya masing-masing karena udah waktunya makan atau disuruh-suruh mamah mengantar lauk atau sayur ke tetangga. Sangat dekat dengan kultur warga perumahan di kampung halamanku. Ini juga kayaknya yang membuat Reply 1988 menjadi series yang sangat memorable dan selalu membuatku ingin menonton lagi 😅. 

Tokoh yang paling kutunggu kemunculannya adalah Ryu Dong-ryong dan Sung Duk-seon karena tiap mereka muncul pasti ada aja yang enggak beres, dan lucu. Selain mereka berdua, kemunculan ibu-ibu rumpik menggosip sore-sore sambil mithili kecambah di depan rumah juga patut ditunggu. Mengingatkan aku pada mamahku dan ibu-ibu tetangga. Bedanya, mamahku menggosipnya pas belanja di tukang sayur. Kisah-kisah asmaranya cukup membuat geregetan ya ampun ya ampun kenapa sih tapi uwu banget. Park Bo-gum di sini lucu-lucu gubluk namun tampan tiada tara. Hehe.


Kehaluan akibat pesona Park Bo-gum

Reply 1997

Reply 1997 berkisah tentang kehidupan Shi Won, anak SMA fangirl boyband H.O.T (boyband K-Pop tahun 90-an bagi anda yang belum tau), bersama teman-teman geng nya. Ceritanya Shi Won dewasa reuni sama teman-temannya, di reuni itulah mereka mengingat kejayaan masa muda yang diceritakan di dalam series. Hampir mirip Reply 1988, yang bikin susah berhenti nonton Reply 1997 adalah misteri siapakah suami Shi Won dewasa? Tapi di Reply 1997 lebih mudah ditebak karena kandidatnya lebih sedikit. 

Shi Won yang kayak-kayaknya mendedikasikan hidupnya buat jadi fangirl ini pasti relatable banget sama kehidupan sobat-sobat fangirl dan fanboy. Gimana dia rela antri buat beli album H.O.T, koleksi merchandise H.O.T, nonton konser, sampai tubir sama fandom lain. Sungguh menggambarkan realita kehidupan para fans.   

Menonton series ini membuatku mengingat kehidupan fangirlku sewaktu remaja walaupun bukan fangirl K-Pop (pada masa itu) melainkan fangirl penyanyi solo dan band yang vokalisnya cakep. Wkwkwk. Momen menjadi fangirl yang masih kuingat adalah waktu SMP menyobek bagian majalah Aneka YESS yang ada gambar Maroon 5 nya padahal majalah punya perpus sekolah. Memang nggak se-total Shi Won dan para fangirl lain, tapi berkesan (hilih ~). Saking berkesannya, barang buktinya masih ada sampai sekarang.

fangirling minim modal
Bagian terfavorit dari Reply 1997 adalah ketika tawuran fangirl H.O.T vs fangirl Sechs Kies. GOKIL! Ternyata keributan akibat berbeda fandom nyata adanya bahkan sudah ada sejak generasi-generasi awal K-Pop. Bedanya, dulu kalo ribut langsung face to face dan ada korlapnya kayak tawuran anak sekolah. Kalau sekarang ributnya online pake akun alter "spill the tea, sis". 

Glow

Sekelompok perempuan dari berbagai latar belakang bergabung dalam sebuah reality show gulat  berjudul GLOW yang adalah singkatan dari Gorgeous Ladies of Wrestling. Jangan salah paham, GLOW yang isinya gulat bergulat adalah GLOW yang diceritakan dalam series GLOW ini. BOOOM!! GLOWCEPTION!!

Series GLOW adalah cerita fiksi berdasarkan reality show GLOW yang tayang di televisi Amerika tahun 80an. Namanya reality show ya, pasti ada bumbu-bumbu settingan untuk membuat acara semakin menarik dan mudah diterima masyarakat. Makanya, setiap pertandingan gulat selalu ada jalan ceritanya. Yahh, kayak acara yang sering tayang di tivi-tivi kita itu, lho. Selain itu, setiap karakter punya persona di atas ring gulat. Personanya macem-macem tapi stereotyping banget kayak Liberty Bell, gadis blonde yang cantik tipikal American girl, Fortune Cookie, mewakili gadis asia yang identik dengan China padahal dia sebenernya orang Vietnam (atau Kamboja?), Beirut yang personanya adalah teroris karena berwajah Arabian. Mungkin series ini berusaha menggambarkan kondisi sosiokultural Amerika pada masa itu, ya (opini sok tau). 

Dan, yang membuat GLOW ini menarik adalah dandanannya yang total abieesztt alias make up full dan kostum bling-bling menyilaukan super hebring.
 
Lihatlah betapa gorgeous para ladies ini
Gulatnya juga lucu-lucu. Ada yang gulat beneran pake teknik-teknik tapi banyak juga yang diatur sedemikian rupa dengan koreo-koreo sehingga terlihat ngasal macem berantemnya geng nero. Kadang aktingnya para pegulat ini juga lebay bikin kita sebagai penonton membatin "yaelah apaan sih bos" dengan cara yang lucu. Kayak kalau nonton rumah uya lalu terjadi kejadian tidak masuk akal yang hampir tidak mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kayak gitu rasanya. PERSIS!
Misalnya, seperti ini
Atau seperti ini
Di series, enggak cuma ditampilkan pas gulat. Ada juga konflik-konflik antar tokoh, trik-trik dan intrik, serta lika-liku keberlangsungan program GLOW dari acara tivi sampai jadi program off air. Jadi, kalau suka drama yang unik lucu dan apa banget, GLOW boleh dicoba.

Derry Girls
Kisah lima remaja SMA Katolik (Erin, Orla, Michaelle, Clare, James) menjalani hari-hari di tengah konflik di Derry, Irlandia Utara tahun 90an. Derry Girls ini series komedi yang ringan, nontonnya enggak usah pake mikir berat-berat. Durasinya 30 menitan tiap episode dan selalu lucu. Lucunya juga natural tidak memaksa penonton tertawa dengan pancingan efek tertawa palsu. Alur cerita enggak jauh-jauh dari masalah remaja, naksir cowok, pengen punya pacar, cemas menghadapi ujian, mau nonton konser enggak dapat ijin, temen sekolah yang rese, gitu gitu deh. 

Episode favoritku adalah episode yang anjingnya Erin mati terus hidup lagi dan episode mau nonton konser tapi enggak diijinin ortu gara-gara ada beruang lepas. Tokoh yang paling ditunggu kemunculannya tentu saja Sister Michael biarawati penanggung jawab para murid. Sister Michael ini karakternya kocak banget menurutku. Dia guru sekaligus penanggungjawab murid-murid tapi kayak udah males dan capek banget ngurusin murid-murid. Oh, and she speaks sarcasm fluently! Bahkan dialog-dialog beliau sangat cocok diaplikasikan dalam kehidupan sehari hariku. 
Aku ketika tidak sanggup lagi menampung
sambatan sobatku yang itu lagi itu lagi
Aku menanggapi temanku yang menyanyi
tapi suaranya enggak bagus
Aku ketika enggak bisa mengerjakan ujian sama sekali
tapi disuruh berdoa aja semoga dapat nilai bagus
Dialog yang juga sering mengundang tawa adalah dialog para remaja pemeran utama, entah tawa karena emang lucu atau tawa garing karena yang mereka omongin cringe enggak ada obat.



Selain disuguhi humor-humor yang pecah, selama menonton series telinga kita akan dimanjakan dengan aksen Irlandia yang wow apa ini sangat asing di telingaku. Apakah ini bapak-bapak petugas listening section tes TOEFL? Menonton dengan subtitle sangat dianjurkan kecuali kalau memang mau latihan listening

The End of The F***ing World

Alyssa adalah remaja putri yang rebel dan moody abis. James adalah remaja putra yang pendiam dan mendiagnosa dirinya sendiri adalah psikopat. Keduanya terlibat dalam seuah roadtrip berdua. Alyssa ingin mencari kebebasan. James ingin membunuh Alyssa. Di tengah perjalanan, mereka jatuh cinta. Begitulah kurang lebih inti cerita The End of The F***ing World. 

Series ini durasinya cuma 20 menitan per episode karena memang ceritanya simple. Mungkin yang menggelitik rasa ingin tahu adalah pertanyaan gimana James ini katanya mau membunuh Alyssa kok malah jatuh cinta? Untungnya, latar belakang berubahnya niatan James dari ingin membunuh menjadi ingin memiliki Alyssa (betapa bahasa yang kugunakan sangatlah dangdut) diceritakan dengan baik. Slow and sure. Plot twist di awal season 2 tidak terlalu mengejutkan. Alur cerita di season 2 khas cerita sinetron-sinetron standar Indonesia. Hehe. Tokoh di series ini enggak terlalu banyak dan enggak ada yang ditunggu-tunggu banget kemunculannya karena cerita seriesnya fokus ke James, Alyssa, dan pelarian mereka. 

La Casa de Papel/Money Heist



(Tulisan sealanjutnya mungkin mengandung spoiler season 4 atau hal-hal yang tidak ingin kamu tahu)

Bagi Professor, merampok adalah passion. Merampok adalah mimpi. Dan seperti kata Nidji, mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, atau, bagi Professor, pemerintah Spanyol. Demikianlah kisah dua perampokan sepanjang (sekarang) 4 season ini berawal.

Menonton La Casa de Papel (selanjutnya LCDP biar tidak ribet) adalah sebuah pengalaman menonton series yang berbeda (hilih~). Selain menyuguhkan alur yang isinya plot twist semua, LCDP menggelitik nalar kita dengan pertanyaan-pertanyaan dan premis-premis filosofis semacam "Apakah merampok boleh jika atas nama kebaikan?", "Apakah mencetak uang sendiri alih-alih mengambil uang di brangkas bank adalah merampok?", "Apakah tidak jujur kepada pasangan boleh demi menjaga hubungan?". Begitu kata para reviewer film. Maka, tidak mengherankan kalau LCDP jadi series yang laries manies dan digadang-gadang sebagai simbol perlawanan terhadap pemerintah di beberapa negara (dan ide-ide perampokan kiwari) walaupun pas tayang di tv lokal Spanyol ratingnya jelek. Tapi, bagi diriku yang seminggu sekali sudah poshenk kuliah moral judgement, LCDP lebih enak ditonton sebagai hiburan santai aja. Hehe ~

LCDP termasuk series yang aftertaste nya awet. Pertama nonton pas udah keluar season 3 dan kemarin mengulang lagi dari season 1 because why not. Season 4 nya baru rilis awal April dan adalah season dengan banyak episode-episode sedih namun minim part yang membuat penonton loh heh loh heh tidak kusangka begini ceritanya dibanding season-season sebelumnya (terutama season 1 dan 2 yang habis nonton kudu nonton ulang untuk memastikan kutidak salah memahami maksud dan alur cerita).

Anggota tim rampok yang tidak rampok-rampok amat bentukan Professor ini sebenernya punya skill-skill mumpuni. Sayangnya, enggak semua punya semangat teamwork yang baik dan beberapa labil sehingga pada beberapa kesempatan membahayakan keselamatan anggota tim lain dan rencana Professor yang sudah cukup matang (opini sok tauku). Seringnya, di series ini, makhluk-makhluk yang bukan anggota tim inti malah berperan lebih besar dalam kesuksesan rencana daripada anggota tim inti.


Tokoh yang paling ditunggu kemunculannya, yang juga kesayangan sejuta umat, tentu saja my Goddess  Agata Jimenez atau panggil saja Nairobi. Kenapa ya aku suka dia? Enggak tahu sih suka aja. She is charming and cool and smart oh my God I just can't. Dan romansa-romansa singkatnya dengan Bogota, uwu gumash scully ~

Aku sayang sekali sama kakak ini 💘
Beberapa yang menarik dari LCDP adalah, seperti sudah banyak diperbincangkan khalayak, nama-nama tokohnya yang menggunakan nama-nama kota di dunia. Kayaknya aku kalau jadi anggota geng Professor mau pakai nama Sleman tapi spellingnya SLAYMAN, because I SLAAAAYYY!!


Lagu-lagu yang dipakai di series juga keren-keren kusuka. Ada playlist nya di Spotify, enak didengerin sambil ngapa-ngapain atau enggak ngapa-ngapain. Ngomong-ngomong lagu, satu lagu yang sungguh sangat memorable adalah Bella Ciao! yang kayak micin alias enak amat didengarin ya Tuhan membuat kecanduan rasanya ingin selalu menyenandungkannya.

Sa ae lu sobat bucin!
That's it! Beberapa series netflix yang telah khatam kutonton selama #dirumahaja. Boleh ditonton untuk para sahabat yang butuh hiburan (yaiyalah boleh siapa mau melarang). Baiklah sekian dulu perjumpaan kita kali ini. Sampai berjumpa di lain kesempatan. Bubay!



 

What A Girl Thinks Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang