Rabu, 29 September 2021

What's on My Mind Right Now?

I am not sure about what is exactly going on my mind right now. Because everything is mixed up. Everything is there. It's like an airport on a pre-pandemic peak holiday season. Crowded and busy and stuffed and chaotic.

If my mind was a cabinet, it definitely not sparking any joy. Marie Kondo would have had busy time in there.

Selasa, 28 September 2021

Merapal Semoga-Semoga

Setiap tahun, di awal tahun, aku selalu membuat resolusi dan harapan-harapan tentang apa yang ingin aku capai pada tahun tersebut. Terakhir, awal tahun 2021 lalu, aku membuat daftar hal-hal yang ingin aku dapatkan di tahun ini yang aku tempel di dinding sebelah tempat tidur. Harapannya, setiap bangun tidur aku jadi semangat mengejar apa yang sudah aku tulis. Nyatanya, sampai pertengahan tahun belum ada satupun poin yang tercapai. Bahkan, di bulan Agustus, aku mencabut daftar itu dari dinding dan membakarnnya di wastafel dapur. Sungguh tragis.

Namun, begitulah. Terkadang target membuatku merasa dikejar-kejar. Aku menyadari berpaku pada target-target yang rigid tidak cocok untukku. Maka, alih-alih membikin target-target sepertinya akan lebih cocok kalau yang kubuat adalah daftar harapan. Lebih simpel buatku dan tidak ada keharusan untuk mendapatkannya. Namanya juga harapan, yakan? Hehe.

Aku punya tiga harapan terbesar yang aku harap dapat terwujud dengan usahaku dan restu Tuhan. I wish to be happier and healthier. Ada yang bilang kalau bahagia itu sederhana. Bagiku tidak juga. Beberapa tahun ke belakang, bahagia bukan sesuatu yang mudah aku temukan. Akhirnya, berpengaruh juga ke kesehatan. Sering pusing dan sering pingsan (Tahun 2019 adalah tahun sering-seringnya aku pingsan. Pernah di kamar mandi, di dapur, yang paling parah di pasar). Tahun ini, aku berharap menjadi pribadi yang lebih sehat dan bahagia. 

I wish to have more time to savor and send gratitudes. Sebenarnya, aku berharap punya lebih banyak waktu, titik. Tetapi aku menyadari, jika aku punya lebih banyak waktu saja pada akhirnya akan aku buang-buang untuk sesuatu yang tidak terlalu berguna. Maka, aku berharap, punya lebih banyak waktu untuk menikmati melakukan hal-hal yang aku suka, memusatkan perhatian pada setiap momen yang aku lalui, dan bersyukur untuk semua itu.

I wish for a better relationship. A better relationship with my parents, my sister, my family, my boyfriend, my friend, well basically everyone. I know that I am not that good at keeping a lasting relationship. My social and communication skill are awful. Aku ingin mencoba untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lebih baik. Walau berat dan menyeramkan bagiku untuk secara intens berhubungan dengan orang lain, aku harus tetap mencoba. Karena, pada akhirnya, aku sebagai manusia tidak akan sanggup hidup untuk diriku sendiri. Dan, percaya deh, terputus dari dunia luar, menghadapi masalah sendirian bukan ide yang bagus apalagi menyenangkan. 

Bagiku, harapan adalah sesuatu yang tetap harus diusahakan. Apalah artinya kalau kita menginginkan seuatu untuk terjadi tapi tidak berbuat apa-apa untuk membuatnya terjadi. Setidaknya, berusahalah dulu walau sedikit. Selebihnya, biar tangan Tuhan yang bekerja. Semoga takdir Tuhan selaras dengan harapan kita. Aamiin ~

Senin, 27 September 2021

The Time that I Felt Proud of Myself

Makanan yang aku masak untuk makan siang 🥰
Honestly, It is hard for me to describe one moment. Dahulu aku merasa kebanggaan datang dari prestasi atau pencapaian besar dalam hidup. Sewaktu aku kecil atau lebih muda, tidak terlalu sulit bagiku untuk berprestasi. Dari situlah kebanggaan datang. Tidak hanya untukku, bahkan untuk orang lain seperti orang tua, teman, atau keluargaku yang lain. Pada waktu itu, sangat mudah bagiku menceritakan saat-saat aku merasa bangga pada diriku sendiri. Namun, seiring aku tumbuh, lebih sulit bagiku untuk berprestasi. Sehingga, lebih sulit pula untukku merasa bangga pada diriku.

Semakin aku dewasa, aku menyadari bahwa kebanggan tidak selalu datang dari hal- hal besar. Sesuatu yang lebih sederhana pun bisa membanggakan apabila kita dapat memaknainya. Saat ini, aku merasa bangga kepada diriku ketika berhasil melakukan sesuatu walaupun kecil atau sederhana. Aku merasa bangga setelah bersih-bersih. Aku merasa bangga setelah memasak makanan enak dan mengeksplor resep-resep baru. Aku merasa bangga setelah membaca buku. Aku merasa bangga ketika berani berbincang dengan orang lain. Aku merasa bangga ketika menambah dua kalimat dalam draft tesis.

Intinya, setiap hal positif yang aku lakukan membuatku bangga karena diriku telah berani melakukannya. So, if I am asked to describe the time that I felt proud, it would take a long time to tell. Because, everytime I'm done doing something, I feel proud of myself.
 

What A Girl Thinks Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang